Workshop Batik untuk Mahasiswa Darmasiswa dan KNB

FBS-Seni Rupa. “Batik diwarnai sebanyak tiga kali, setelah itu dijemur dan direbus untuk menghilangkan lilin yang menempel di kain. Mahasiswa-mahasiswa asing tampak puas dengan hasil karya mereka. Mereka senang dapat belajar membatik, meskipun ternyata proses pembuatan itu sangat sulit”
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Banyak masyarakat dunia yang menyukai batik, tidak terkecuali mahasiswa asing UNY. Oleh sebab itu, UNY menyelenggarakan workshop untuk memperkenalkan batik dan proses pembuatannya kepada mahasiswa Darmasiswa dan KNB. Workshop ini diselenggarakan selama dua hari (3-4/10) di GK IV Fakultas Bahasa dan Seni UNY.

Workshop dipimpin langsung oleh Bapak Ismadi, dosen jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, dibantu oleh dua orang mahasiswa yaitu Dedi dan Yani. Sebagai pembuka, mahasiswa diberi penjelasan sekilas mengenai motif-motif batik khas setiap kota di Indonesia, cara pembuatan batik, alat dan bahan untuk membuat batik, dll. Setelah itu mahasiswa langsung menggambar pola batik di kain mori yang telah disediakan. Beberapa mahasiswa merancang sendiri pola yang mereka inginkan, sementara sebagian yang lain menggambar motif-motif yang sudah ada.

Awalnya tidak tampak sedikit pun kesulitan saat mereka menggambar motif tersebut. Akan tetapi, wajah-wajah mereka langsung berubah ketika proses mencanting dimulai. “Ketika menggambar dengan pensil tadi memang sangat mudah, tapi ketika sudah mulai menggunakan canting, ah sulit sekali!“ kata Agustin, mahasiswa asal Chile.Pada hari pertama mereka hanya mampu menyelesaikan proses mencanting. Proses berikutnya dilanjutkan pada hari kedua. Setelah batik diberi warna pertama, peserta kembali menggambar motif pada kain batik. Proses tersebut memakan waktu yang cukup lama, karena peserta berkreasi dengan sangat kreatif. Ada yang menggambar lambang negaranya, ada yang menggambar hutan, ada yang menulis puisi pada kain batiknya, bahkan ada pula yang menggambar karakter  kartun.

Batik diwarnai sebanyak tiga kali, setelah itu dijemur dan direbus untuk menghilangkan lilin yang menempel di kain. Mahasiswa-mahasiswa asing tampak puas dengan hasil karya mereka. Mereka senang dapat belajar membatik, meskipun ternyata proses pembuatan itu sangat sulit. “Saya tidak menyangka kalau membuat batik itu ternyata sangat sulit,” kata Nui, mahasiswa dari Laos. Hasil karya mereka nantinya akan dibagikan kembali setelah proses finishing. (Zakia/Humas FBS)
 

Tags: